Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Marco Rubio, pada Jumat menyatakan bahwa Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) “tidak akan berperan” dalam penyaluran bantuan di Gaza. Dalam kunjungannya ke Israel, Rubio menuduh UNRWA telah menjadi “anak perusahaan Hamas” dan menolak kemungkinan keterlibatan Hamas dalam pemerintahan Gaza di masa depan.
UNRWA segera membantah tuduhan tersebut dan menegaskan perannya yang “sangat penting” dalam memenuhi kebutuhan kemanusiaan di Gaza, di mana lebih dari 68.000 warga Palestina tewas dalam dua tahun serangan Israel. Lembaga itu menyoroti bahwa Mahkamah Internasional (ICJ) dan dua komisi independen telah membebaskannya dari tuduhan keterkaitan dengan Hamas.
Juru bicara wakil Sekretaris Jenderal PBB, Farhan Haq, juga membantah pernyataan Rubio dan menyebut UNRWA sebagai “tulang punggung operasi kemanusiaan di Gaza.” Jurnalis Al Jazeera, Nour Odeh, menyebut pernyataan Rubio “mengkhawatirkan dan menghancurkan,” karena tidak ada lembaga lain yang memiliki infrastruktur dan kapasitas sebesar UNRWA.
Meski ada gencatan senjata yang dimediasi AS, Israel terus melancarkan serangan udara dan menutup penyeberangan Rafah, menghambat distribusi bantuan besar-besaran. Situasi di lapangan masih memprihatinkan, dengan banyak rumah hancur dan warga berjuang mencari makanan serta air.
Rubio juga mengusulkan pembentukan pasukan keamanan internasional untuk memantau gencatan senjata, dengan syarat negara-negara pesertanya disetujui Israel. Sementara itu, faksi-faksi Palestina di Kairo sepakat membentuk komite teknokrat sementara untuk mengelola Gaza.
PBB dan WHO mendesak Israel membuka lebih banyak jalur bantuan, memperingatkan bahwa kondisi kemanusiaan di Gaza masih “katastrofik.”



Komentar