China, penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia, untuk pertama kalinya menetapkan target absolut pengurangan emisi. Dalam pernyataan video di sidang PBB di New York, Presiden Xi Jinping menyampaikan bahwa China akan menurunkan emisi gas rumah kaca secara menyeluruh sebesar 7–10% pada 2035, sembari “berusaha melakukan lebih baik”.
Langkah ini diumumkan ketika Amerika Serikat justru mundur dari komitmen iklim, dengan Presiden Donald Trump menyebut perubahan iklim sebagai “tipuan”. Meski demikian, sejumlah pihak menilai target baru China masih belum cukup untuk menjaga tujuan iklim global tetap dalam jangkauan.
Yao Zhe, penasihat kebijakan global Greenpeace East Asia, menilai janji China “masih jauh dari harapan”. Sementara itu, Sekjen PBB António Guterres menegaskan bahwa komitmen iklim negara-negara dunia sangat penting agar kenaikan suhu global tetap di bawah 1,5°C sesuai Kesepakatan Paris.
China, yang bertanggung jawab atas seperempat emisi global pada 2023 atau hampir 14 miliar ton setara CO₂, menyatakan akan memperluas kapasitas tenaga surya dan angin hingga enam kali lipat dibanding 2020, meningkatkan cadangan hutan, serta menjadikan kendaraan energi baru sebagai arus utama penjualan mobil.
Namun, para analis memperingatkan pengurangan 7–10% belum sejalan dengan skenario pembatasan suhu 1,5°C, yang menuntut penurunan hingga 30% bahkan 50% pada 2035. Meski begitu, China memiliki rekam jejak melampaui janji iklimnya, termasuk capaian kapasitas energi terbarukan yang lebih cepat dari target.
Target baru ini menandai awal dari proses dekarbonisasi China setelah puluhan tahun pertumbuhan emisi yang pesat, meskipun ketergantungan pada batu bara masih menjadi tantangan besar.
Credit: BBC.com
Komentar